Lombok Timur suararinjani.com – Perguruan tinggi salafi Ma’had Darul Quran wal Hadits al Majidiyah Assyafiiyah Nahdlatul Wathan di Anjani, menggelar Adzikrol Hauliyah (Ulang Tahun) ke – 58 di halaman Majlis Dakwah Hamzanwadi II, Pontren Syaikh Zainuddin NW Anjani, Ahad (03/09).
Pada tahun dirosah 1445 Hijiriah ini, thullab/tholibat (mahasantri red.) baru sebanyak 1.673 orang, terdiri dari 843 orang laki-laki dan 825 perempuan. Sedangkan yang tamat Ma’had tahun ini berjumlah 1.342 orang. Thullab (laki) sebanyak 579 orang dan tholibat (perempuan) 763 orang.
Dalam amanatnya, Syaikhul Ma’had yang juga Amidul Ma’had DQH NW, TGKH Lalu Gde Muhammad Zainuddin Atsani, kembali mengingatkan kepada keluarga besar Ma’had dan NW bahwa Ma’had DQH NW ini adalah buah hati dan anak laki-laki Ninikda Maulanassyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, sebagai pendiri Ma’had dan NW. Oleh sebab itu, jangan ada yang meremehkan thullab dan Masyaikhul Ma’had
“Artinya yang meninggalkan Ma’had sama artinya meninggalkan Maulanassyaikh sebagai pendiri Ma’had, karena sebelum beliau wafat selalu berpesan kepada kita semua sebagai thullab. “Jaga Ma’hadmu,” katanya.
Ia juga menegaskan wasiat ‘Jaga Mahamu’ memiliki 4 makna. Pertama, para masyaikh tidak diperkenankan meninggalkan Ma’had dan tidak taat kepada pimpinan. Meninggalkan Ma’had berarti meninggalkan anak kesayangan Ninikda Maulanassyaikh. Kedua, wasiat tersebut ditujukan kepada thullab/tholibat dan mutakarrijin/mutakharrijat Ma’had. Artinya thullab maupun alumnus Ma’had harus menjaga Ma’had.
“Janganlah menjelek-jelekan Ma’had. Jangan keluar dari tradisi Ma’had. Jika Ma’had memanggil dan meminta dukungan apapun, mari kita sama-sama mendukung dengan ikhlas,”imbuhnya.
Yang ketiga, wasiat itu ditujukan kepada warga NW, untuk terus menjaga Ma’had dan menjaga NW. Ke empat, menjaga tradisi-tradisi Mahad. “Siapa yang merubah tradisi Ma’had, maka dia telah merusak tatanan yang telah dibangun Maulanassyaikh sebagai Pendiri Ma’had,” tegasnya
Lanjut Maulanasyaikh Tsani yang juga Ketua Umum PBNW mengingatkan kepada calon mutakharijin/mutakharijat agar terus berjuang untuk kemajuan Ma’had dan NW dalam garis pimpinan Nahdlatul Wathan di mana saja akan ditempatkan dalam pengembangan organisasi NW.
“Alhamdulillah NW sudah tersebar di 34 propinsi, dan alumni Ma’had harus siap ditempatkan di mana saja berada dan dibutuhkan dalam berjuang,” imbuhnya.
Diakhir pidatonya, Ketua Umum PBNW mengingatkan dalam sebauh organisasi, pimpinan harus didengar dan dilaksanakan instruksinya dalam hal kebaikatan demi kemaslahatan ummat.
“ Harus junjung tinggi sikap Samikna wa Atokna sebagai bukti kecintaan kepada NW dan guru besar kita,” pungkasnya.
Pengajian Zikrol Hauliyah disampaikan Ulama terkemuka Makkah al Mukarromah, Maulanassyaikh Abu Abdillah Mustafa Attilimsani, yang terjemahkan oleh TGH Syahri Ramadan. Dalam tausiyahnya, Syaikh Mustafa, menyampaikan kekaguman dengan majlis dzikrol hauliyah seperti ini karena sangat sedikit yang dijumpaikan di tempat-tempat lain.
“Berbahagialah kalian semua di tempat ini yang bisa menimba ilmu, menghirup keberkahan. Kalian hadir di tempat ini meraih keberkahan, meraih keselamatan. Semoga dengan perantara ini menjauhkan kita dari siksa Neraka dan menjadi amal untuk bisa masuk Surga bersama Baginda Rasulullah SAW,”ujarnya.
Ia juga berujar keberadaan Dzikrol Hualiyah ini menandakan keberkahan sejak zikrol pertama hingga sekarang ini. Ia juga menyinggung soal Ma’had Darul Qur’an wal Hadits adalah semua tempat yang disandingkan dengan al Quran akan menjadi istimewa dan mulia, demikian juga dengan perguruan Mahad Darul Quran ini.
“Sebaik-baik waktu yang digunakan waktu itu adalah waktu membaca al Quran dan mempelajarinya. Mempelajari satu hurup al Quran dicatat 10 kebaikan, menghapus 10 dosa kita, dan diangat derajatnya oleh Allah SWT,” ujarnya.
“Imam Nawawi, dulu ketika berusaha menghafal al Quran dari papan tulis, setelah terhafal papan tulis itu dibasuh sama Imam Nawawi dan diminum airnya. Kenhapa, Karena al Quran itu membacanya, membawanya, melihatnya, menulisnya mendengarnya, mempelajari barokah. Bahkan meminumnya barokah, apalagi menghafalnya penuh barokah,” sambung Syaikh Mustafa.
Oleh sebab itu, Ia juga berpesan kepada thullab Ma’had jangan terpengaruh dengan orang yang mengatakan jangan menghafal al Quran, cukup pelajari, pahami dan amalkan, karena yang perlu adalah ilmunya dan pengamalannya.
“Jangan sampai terpengaruh dengan suara-suara seperti itu, karena itu adalah suara yang tidak benar dan menjauhkan kita dari jalan yang benar. Kita membaca sejarah Perang Uhud, banyak sahabat yang wafat dan dimakamkan di satu lubang. Rasulullah SAW bertanya, siapa di antara mayat ini yang menghafal al Quran, saat ditunjukan orangnya, Rasulullah SAW menaruh jenazah penghafal al Quran terdepan,” urainya.
Sebelumnya, Wakil Amid Mahad TGH Zaini Abd Hanan, mengumumkan peringkat thullab dan tholibat yang sudah mengikuti ujian akhir, dimana untuk thullab diambil 25 besar dan tholibat 17 besar.
Sebelum acara puncak ini, pada Sabtu (02/09) dilansgungkan cukuran massal bagi thullab baru. Kegiatan tersebut untuk melestarikan tradisi Pendiri Mahad di mana setiap awal mau masuk thullab harus dicukur rambut kepala sampai botak.
“Itu sebagai perwujudan dan niatan agar thullab Mahad yang baru masuk dengan hati yang bersih sehingga rambut kepala dibotak dan menggunakan baju serba putih dan songkok putih,” ujar Wakil Amid Mahad TGH L Anas Hasry.
Acara akbar Mahad ini dihadiri langsung ulama’ terkemuka Makkah al Mukarromah, Maulana Assyaikh Abu Abdillah Mustafa, Ketua Umum PBNW sekaligus Amidul Mahad, Maulana Assyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Atsani, Rois Aam Dewan Musytasyar PBNW Hj St Raihanun Zainuddin Abdul Madjid, sejumlah pejabat, Dewan Masyaikh Ma’had, Pengurus NW dari tingkat pusat sampai ranting, puluhan ribu mutakharrijin Ma’had dari angkatan 1-57.
Penulis : Mahasiswa PKL Fak Dahwah IAIH NW Lotim (Jayadi, Zarkoni, Hendra, Santri)
Editor : Hasfen