Hultah Akbar ke 90 Madrasah NWDI, Ketum PBNW : Gapai Indonesia Emas 2045 dengan Tiga Pilar Utama

Hultah Akbar ke 90 Madrasah NWDI, Ketum PBNW : Gapai Indonesia Emas 2045 dengan Tiga Pilar Utama

Lombok Timur suararinjani.com – Ratusan ribu jemaah Nahdlatul Wathan (NW) membanjiri Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani Lombok Timur, dalam rangka menghadiri perayaan hari ulang tahun (Hultah Akbar) ke-90 Madrasah NWDI pada Minggu (12/10).

Para jemaah tersebut datang dari berbagai penjuru Nusantara sejak pagi subuh bahkan ada yang rela menginap di bawah tetaring medan hultah agar mereka bisa mengikuti secara langsung acara akbar yang dihelat sekali setahun itu. Mereka berkumpul di lahan seluas kurang lebih 3 hektare dan beberapa titik di seputaran Ponpes Syaikh Zainuddin NW Anjani yang luasnya sekitar 24 hektar.

Ketua Umum PBNW TGKH Muhammad Zainuddin Atsani, dalam pidatonya, menyampaikan momen Hultah Madrasah NWDI ini menjadi ajang silaturahim nasional bagi pengurus dan Jemaah NW. Di Selanjutnya, sebagai bentuk respon terhadap visi Indonesia Emas 2045, kami di jajaran PBNW melakukan research dan membuat konsep yang dinamakan tiga pilar

Adapun tiga pilar tersebut yakni pertama, kecerdasan spiritual, menjadi pondasi karakter dalam pembentukan insan paripurna dalam pendidikan integratif. Ke dua, kecerdasan intelektual, merupakan manifestasi dari perintah Allah SWT untuk membaca ayat kauniyahnya melalui pendekatan sains tauhid. Sains tidak lagi dipandang sebagai entitas  yang bertentangan dengan agama, tetapi sebagai metodologi sistematis untuk memahami kebebasan ilahi dalam semesta. Ke tiga, kecerdasan teknologi digital. Artinya teknologi  sebagai jalan membangun peradaban untuk memecahkan permasalah secara real.

“ Jika ke tiga pilar ini bersatu lahirlah generasi emas. Generasi yang beriman kuat, beilmu luas dan beerteknologi tinggi,” tegasnya.

Menteri Haji dan Umrah, Dr. KH. Irfan Yusuf Hasim, dalam sambutannya, mengatakan adanya sanad keilmuan yang tersambung antara Kiyai Hasyim Asyari  pendiri Nahdlatul Ulama (NU)   dengan Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid pendiri Nahdlatul Wathan (NW), karena kedua beliau adalah alumnus madrasah terkemuka di Kota Tanah Suci Makkah yaitu Madrasah Assaulatiyah.

Ia berpesan agar pengelola lembaga pendidikan menjaga kemandirian, belajar dari sejarah Pesantren Tebuireng yang menolak penegerian madrasah agar dapat mengatur kurikulum sesuai kebutuhan.

Ada empat pondok pesantren yang diditawarkan dinegerikan karena fasilitas kan dipenuhi pemerintah, namun hanya satu dari empat pondok pesantren yang menolak dinegerikan yaitu Pondok Pesantren Tebuireng.

“Saya berdiri sebagai perwakilan pemerintah tapi saya sangat menghargai dan menghormati lembaga-lembaga pendidikan yang berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) termasuk Nahdlatul Wathan. Dengan demikian madrasah ini bisa mengatur sengalanya termasuk dengan kurikulum juga,” kata Menteri Haji.

Menteri Irfan Yusuf juga secara khusus menyampaikan salam dan ucapan selamat dari Pemerintah, berharap Hultah ke-90 menjadi titik tolak bagi NW untuk lebih memperbesar dan memperkuat kiprahnya dalam pembangunan Indonesia.

Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Haji dan Umrah, beliau juga menyampaikan kabar baik mengenai usulan perubahan pola pembagian kuota haji berdasarkan antrean, yang berpotensi menambah jumlah jamaah dari NTB.

Gubernur NTB DR HL Muhmmad Iqbal, dalam sambutannya, mengatakan kehadiran nikita ini untuk merayakan ikhtiar revolusioner yang dilakukan oleh Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 90 tahun lalu. Saat itu tidak ada orang yang memikirkan bahwa yang dibutuhkan ummat adalah pendidikan. Karena itu sejarah mencatat keputusan algmagfurulah Maualanasyaikh untuk mendirikan madrasah NWDI adalah sebuah keputusan yang revolusioner, maka beliau bukan saja pahlawan nasional tapi beliau juga pahlawan revolusi.

“Revolusi terbesar adalah revolusi pendidikan. Hari ini, ribuan madrasah dan sekolah berada di naungan Nahdlatul Wathan, dan itu dimulai dari sini, Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah,” ungkapnya.

Ketua Panitia, H. Syamsu Rijal, dalam laporannya menyampaikan bahwa berkumpulnya jemaah NW adalah wujud rasa syukur kehadirat Allah SWT atas pendirian Madrasah NWDI yang menjadi cikal bakal berdirinya organisasi Nahdlatul Wathan pada 1 Maret 1953. Peringatan Hultah ke-90 ini, yang juga menjadi momentum pertemuan nasional dan internasional bagi pengurus NW dari Sabang sampai Merauke, mengusung tema penting “Momentum Kesetiaan, Memperkokoh Komitmen Pendidikan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Menuju Indonesia Emas 2045.”

Rangkaian acara pra-hultah, seperti jalan sehat yang diikuti lebih dari 40.000 peserta, lari maraton, pawai sepeda motor, hingga seminar nasional dan internasional, menunjukkan tingginya antusiasme dan komitmen warga NW. (hum)

Bagikan Berita

Share this post