Sumbawa Besar, SR – Pelanggan PDAM yang ada di wilayah Labuhan Kabupaten Sumbawa mengeluh. Pasalnya air PDAM beberapa bulan terakhir ini kekurangan air, bahkan tidak mengalir.
“Terkait air PDAM, daerah Labuhan dan sekitarnya kekurangan air. Jadi, kalau diharapkan dari aliran meterannya sama sekali tidak ada keluar bahkan kami sebagai masyarakat karena membutuhkan air, kami bahkan tarik kembali air PDAM itu dengan mesin mesikipun itu tidak keluar,” tutur salah satu warga Labuhan, Lalu Sandy LB belum lama ini.
Lalu Sandy, yang juga Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Pemantau Pembangunan (FKMPP) Format Kabupaten Sumbawa kepada media ini mengungkapkan pihak PDAM itu tetap meminta masyarakat melakukan pembayaran sampai diancam dicabut meternya.
“Ada tertera di WA saya, yang berbunyi, kalau bapak tidak mau membayar, kami akan mencabut meteran,” beber Sandy.
Dalam seharian, lanjut dia, kalau tidak ditarik mengggunakan mesin, sama sekali air tidak bisa keluar, khusunya di Labuan, makanya kami merasa rugi dengan PDAM, sebab kalau memakai mesin bantuan tentu daya listriknya akan bertambah.
“Saya berharap sekali kepada Perumdam Batu Lanteh Sumbawa itu agar meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat supaya sama dengan masyarakat yang mau membayar. Kenapa masyarakat tidak mau membayar karena airnya seperti itu, air ndak ada, tagiahannya ada,” cetusnya.
Jadi, pertanyaannya, sampai kapan PDAM nya ini bisa normal dan kalau berbicara tahunannya itu, memang sudah bertahun-tahun. “Tapi sekarang ini tambah parah lagi ini. Bahkan kami akan melakukan penyampaian aspirasi kami sebagai masyarakat terhadap persoalan air ini, karena sangat dibutuhkan,” katanya.
Ia menyebut, kalau tidak mau bertanggung jawab atas persoalan air ini dan tidak mampu lebih baik mundur saja. “Kami juga minta berhentikan Dirut Perumdam Batu Lanteh itu, kalau memang tidak mampu melayani masyarakat,” tegasnya.
Direktur Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Batulanteh Kabupaten Sumbawa, H. Abdul Hakim, saat dikonfirmasi media ini pada Rabu (08/02) melalui Via WhatsApp menjelaskan, kalau dibilang tidak mengalir itu berapa lama dan harus jelas. Misalnya air ndak mengalir, memang kami akhir-akhir ini mengalami kerusakan di sumber airnya di Semongkat di Intik kita. Jadi kemarin ada banjir beberapa kali, kami sudah berusaha untuk memperbaiki.Kita masukkan alat berat untuk melakukan normalisasi termasuk di Intik, ada sekitar 3 hari kemarin kerja terus karyawan kita juga ikut bantu di lokasi ada sekitar 15 personil untuk membuang semua sedimen-sedimen yang numpuk menghalangi kelancaran distribusi air dari intik Semongkat. Jadi kendalanya seperti itu,” ungkapnya.
Kata dia, kami juga mengumumkan di WhatsApp (WA) group waktu itu dan share pengumuman bahwa akan terjadi kendala distribusi yang cukup segnifikan disebabkan banjir beberapa hari di Semongkat dan itu kita sedang perbaiki.”Alhamdulillah sekarang sudah baik kondisinya,” ucapnya.
Kalau ada kendala distribusi kami yang tidak lancar memang kita harus akui, kita ini kan kerusakan infrastruktur sistem penyediaan air minum kita cukup parah, mulai dari sumber kemudian di pipa transmisi kemudian di pengolahan kami juga dengan pipa distribusi juga itu sudah banyak yang rusak sehingga tiap hari kami melakukan tempel bocor di pipa distribusi.
Itu ada beberapa titik dalam satu hari ada 8 titik yang kita harus tambal kebocorannya karena usia pipa yang sudah cukup lama dan itu harus diganti sebenarnya memang cuma itu, anggarannya besar tentu kita minta intervensi anggaran dari Pemerintah Pusat. “Alhamdulillah kami sudah berupaya melobi lewat Kementerian PUPR dan alhamdulillah tahun ini akan direalisasi untuk perbaikan intik Semongkat secara keseluruhan dengan rehabilitasi instalasi pengolahan air yang di kantor kami dan di belakang pom bensin di simpang boak,” ungkapnya.
Jadi, kata dia, sudah banyak kerusakan dan sering terjadi kendala air tidak lancar. “Kalau memang mau membuktikan, buktikan dah ke saya itu berapa hari ndak mengalir. Saya siap kok. Tapi dibilang ndak mengalir selamanya ndak juga,” cetusnya.
Sementara soal ancaman, cuma kita menjalankan aturan saja di sana sudah jelas aturannya kalau menunggak tiga bulan itu disegel atau tutup sementara diatas tiga bualan itu dibongkar. “Memang sudah aturan dari dulu itu bukan sekarang dan bukan ancaman sih sebenarnya cuma jalankan aturannya,” tandasnya.
Kalau mengenai distribusi air ini, jelasnya, kita menunggu dulu rehabilitasi dari Balai Wilayah Sungai (BWS) dan BPPW itu. Kalau dari segi debit memang kita ada debit di Semongkat cuma 160 liter perdetik. “Itu kan sudah ada hitungan sebenarnya 1 liter perdetik. Secara teknis itu mengliri 80 sambungan rumah memang sih belum mencukupi debit yang ada makannya kita menunggu realisasi di sumber air baku Ai-Ngelar ataupun Bendungan Kereke itu untuk membantu kekurangan debitnya tapi insyallah kalau sudah ada rehabilitasi besok ini dari BWS dan BPPW iya sedikit membantu distribusi air,” tutup Abdul Hakim. (bgs)