Lombok Timur, SR – Jumlah potensi ternak di Kabupaten Lombok Timur hingga saat ini terus mengalami kenaikan meski belum mencapai angka maksimal. Dilihat dari jumlah proposal yang mengalami peningkatan di awal tahun 2022 ini.
Sementara belum maksimalnya jumlah ternak disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat akan potensi ternak dan keuntungan yang diperoleh dalam jangka panjang. Ditambah lagi selama ini masyarakat masih menganggap beternak sebagai pekerjaan sampingan. Ini yang kemudian menjadi tugas Pemerintah daerah lewat Disnakeswan untuk merubah cara berpikir masyarakat dengan melakukan pendekatan yang intens lewat pemerintah desa. Tujuannya untuk mendata sejauh mana potensi peternak di masing – masing desa.
Disampaikan Kepala Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Ir. Masyhur menjawab media SR Rabu, (16/02).
Dibutuhkan sinergitas pemahaman antara Pemerintah desa dengan masyarakatnya tentang manfaat peternakan dalam jangka panjang. Disnakeswan pun akan selalu siap menjembatani agar kedepannya antara potensi peternakan dan potensi pertanian bisa seimbang dan sama-sama bisa menghasilkan keuntunga. Sehingga, masyarakat tidak lagi menganggap pekerjaan beternak sebagai pekerjaan sampingan.
“Tujuan kita menanamkan pemahaman, merubah cara berpikir masyarakat agar yang tidak punya lahan misalnya bisa menjadikan usaha ternak sebagai pekerjaan pokok terutama pemuda yang nganggur,” ungkapnya.
Selain itu, Disnakeswan menginginkan para petani yang selama ini belum memiliki ternak bisa beternak. Jika ada petani yang memiliki lahan yang luas, diharapkan bisa bersinergi dengan pemerintah desa menyediakan kandang kolektif dan pakan ternak. Lalu memanfaatkan masyarakat yang tidak memiliki sawah dan penghasilan tetap untuk beternak yang modalnya bersumber dari dana KUR sapi untuk program Lotim Berkembang dengan sistem bagi hasil. Sementara untuk kandang kolektif, bisa disiasati dari dana Bumdes.
Mengingat melihat kondisi dilapangan saat ini, presentase peternak di Kab. Lombok Timur lebih kecil daripada presentase petani. Menurutnya, jika jumlah peternak dan petani seimbang maka dipastikan jumlah ternak khususnya ternak sapi akan melimpah dan untuk memenuhi kebutuhan daging, tidak perlu lagi didatangkan dari daerah lain.
Dampaknya pun akan terlihat nyata, peternak akan semakin maju bukan saja dalam aspek penjualan guna meraup keuntungan pertahunnya, akan tetapi juga secara bertahap akan meningkatkan populasi ternak sapi di Kabupaten Lombok Timur.
Dia menambahkan, guna meningkatkan populasi ternak di Lombok Timur yang merupakan bagian dari visi Lotim berkembang. Berbagai upaya coba dilakukan Disnakeswan, salah satunya kedepan pihaknya akan melakukan sosialisasi intens dengan pemerintah pesa.
Alasan masyarakat selama ini yang menganggap beternak sebagai pekerjaan sampingan karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki lahan pertanian. Akhirnya, pakan yang dihasilkan dengan hanya mengandalkan rumput dari sawah – sawah para petani yang tidak memiliki sapi alias numpang.
“Harapan kita sebenarnya adalah mereka yang punya sawah luas dan enggan beternak, punya kandang sendiri yang dananya di fasilitasi desa sehingga membuka kesempatan untuk para peternak yang tidak memiliki sawah. Lalu keuntungannya bisa dibagi” pintanya.
Permasalahan lain yang didapat adalah faktor keamanan dimana, masyarakat ada yang takut akan terjadinya pencurian hewan ternak mereka dan ada juga masyarakat yang enggan melakukan pinjaman di Perbankan. Sementara bagi masyrakat yang belum terbiasa dengan Perbankan, Disnakeswan akan memberikan pemahaman mengingat Dana KUR Berkembang murni pinjaman tanpa bunga yang memiliki jaminan Asuransi ternak yang memastikan para peternak tidak akan di rugikan.
“Untuk kasus pencurian, solusinya adalah adakan kandang kolektif. Kalau jumlah kelompoknya 50 orang, yang ronda rame, Ayo suruh datang malingnya kalau berani. Akan memudahkan juga pihak APH untuk menyelidiki siapa malingnya,” tuturnya.
Disnakeswan berharap Dinas Pertanian melalui setiap UPT juga mau terlibat dan bersama- sama mengedukasi masyarakat karena menurutnya ada keterkaitan yang sama sama saling membutuhkan antara Pertanian dan Peternakan.
Dia mengambil contoh disaat harga pupuk mahal misalnya, Dinas Pertanian bisa memanfaatkan kotoran ternak sebagai alternatif bagi masyarakat.
“Kita juga mengharapkan ada solusi dari Dinas Pertanian, kita jalan bersama-sama, dia di pupuk organiknya, kita di pakan” katanya.
Masih kata Ir. Mashyur, jika dilihat dari potensi pakan dalam sebuah desa banyak, maka pihaknya akan dorong masyarakat melalui pemerintah desanya untuk beternak sapi lebih banyak melalui Dana KUR Berkembang yang disediakan Pemerintah Daerah. Dari hasil survey, Disnakeswan melihat banyak lahan dengan pakan rumput yang banyak namun diambil orang luar karena pemilik sawah di desa tersebut jarang yang beternak. Seperti beberapa desa di Labuan Lombok, Pringgabaya, Swela dan beberapa desa di Keruak dan Jerowaru.
“Disinilah diperlukan kesatuan pemikiran kami dengan Pemerintah Desa supaya paling tidak Bumdesnya bisa di gunakan untuk minimal membuat Kandang Kolektif” harapnya.
Kedepan, Disnakeswan juga akan mendiskusikan soal solusi keamanan dan manfaat dari pupuk kandang yang dihasilkan kotoran ternak dengan bukan saja Pemerintah desa namun juga dengan Dinas Pertanian.
Dia melihat justru di daerah-daerah yang tidak memiliki pakan banyak memiliki ternak. Limbah pertanian seperti jerami terkesan tidak dimanfaatkan dengan baik, sementara jika jerami itu diolah akan bisa menjadi pakan. Artinya adalah, ada kesinambungan kebutuhan yang tidak bisa di pisahkan antara Peternakan dengan Pertanian.
Gerakan ekonomi semestinya berawal dari bawah, dibutuhkan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan lahan yang ada dengan menanam rumput dan bertani bagi mereka yang memiliki lahan produktif. Sementara untuk masyarakat yang tidak memiliki lahan yang cukup diharapkan mau bekerjasama dengan pemerintah desa lewat Bumdes dan KUR Berkembang.
“Mari bersama membangun Lombok Timur lewat Peternakan. Manfaatkan program pemerintah Daerah lewat KUR Berkembang ini, saya yakin kalau kita sejalan maka jumlah populasi ternak akan meningkat signifikan di Lombok Timur” tutupnya.
Di tempat berbeda, Kepala Bidang Pengembangan Usaha Peternakan (PUP) Disnakeswan Fatah mengatakan di awal tahun 2022 ini peminat KUR Sapi meningkat. Dari data jumlah Proposal yang masuk, di peroleh hingga akhir Februari ini saja jumlah anggota yang masuk sudah mencapai lebih dari 1.200 orang. Ditambah lagi dengan tambahan 45 Proposal yang juga masih dalam proses pengusulan.
“Hingga tanggal 10 Februari kemarin yang masuk itu sudah diatas 1.200 orang yang terbagi ke dalam 85 kelompok” ungkapnya.(Yat)
Genjot Program Lotim Berkembang, Disnakeswan Gandeng Pemdes
